Idelando.com-Dilansir dari artikel "Latar Belakang dan Sejarah Hari Guru Nasional di Indonesia." Kumparan.com, 17 Nov. 2021, kutipan dari buku Pendidikan Sejarah Perjuangan Persatuan Guru Republik Indonesia, Taruna, Rustopo, Warsito, 2015 bahwa peran dan perjuangan para guru yang sangat penting pada masa penjajahan dan pada masa kemerdekaan dalam rangka pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia mendorong Presiden Soeharto untuk menetapkan Hari Guru Nasional sebagai bentuk penghormatan kepada guru.

Sebagaimana telah ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994 bahwa tanggal 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional. Dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia tersebut, Hari Guru Nasional ini termasuk dalam hari-hari nasional yang bukan hari libur. Hari Guru Nasional dimulai sejak Keputusan Presiden Soeharto yang ditetapkan pada tanggal 24 November 1994 tersebut.

Secara pribadi, saya memaknai Hari Guru Nasional sebagai salah satu bentuk penghargaan kepada guru yang kita percayai bahwa merekalah tangan-tangan pengharapan yang akan menghantarkan generasi bangsa pada gerbang kesuksesan.

Seperti dalam catatan sejarah, pada masa sebelum kemerdekaan guru kita sudah menanamkan nilai-nilai patriotisme dalam diri anak di sekolah madrasah atau sekolah-sekolah yang dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda. Jiwa patriotisme ini menjadi bekal membaranya semangat para pemuda untuk terus berjuang menuju generasi anak Indonesia yang semakin tangguh.

Tidak cukup jika hanya berakhir pada era kemerdekaan. Sampai kini pun jasa-jasa guru tidak akan tergantikan. Guru telah mengantar kita pada tempat yang tepat. Jabatan dan pangkat yang kita miliki hari ini semuanya tidak terlepas dari kerja keras dan semangat guru. Kita dilatih membaca, menulis, dan berhitung serta kita dikenalkan pada berbagai pengetahuan yang semuanya akan kita jumpai dan praktikkan dalam kehidupan sosial.

Setidaknya, kita pernah mengalami dan merasakan bersama proses pembelajaran di sekolah. Bukan hanya dalam kelas, guru juga mengajarkan kita tentang bagaimana menjadi seseorang yang berakhlak mulia dan menjadikan kita sebagai makhluk yang beradab. Tanpa bantuan para guru, kita bukanlah apa-apa hari ini.

Sebagai pengajar dan juga pendidik, guru dengan ikhlas mendedikasikan dirinya untuk meniti kehidupan anak-anaknya melalui berbagai pengetahuan yang dimilikinya. Guru tidak begitu peduli, apakah upah yang akan diterima seimbang dengan jumlah pengetahuan yang sudah ia berikan atau pun seimbang dengan waktu dan tenaga yang telah diberikan.

Tentunya, tantangan menjadi seorang guru lebih berat pada era industri 4.0 yang sebentar lagi akan beralih ke era society 5.0. Keadaan dan situasi generasi milenial sekarang ini yang terkadang meresahkan, menuntut guru harus mempersiapkan diri agar mampu membuat perubahan seiring perkembangan IPTEK.

Selain itu, guru juga harus benar-benar mempersiapkan berbagai perangkat pembelajaran, mendesain pembelajaran sedemikian rupa dengan berbagi strategi yang ada untuk mengatasi berbagai persoalan dalam pembelajaran. Belum lagi tuntutan pergantian kurikulum yang semakin rumit, sehingga guru harus tetap survive untuk setiap perubahan. Jadi, tidak bisa dipungkiri jika banyak orang yang berpendapat bahwa “tidak semua orang bisa menjadi guru”.

Kemajuan teknologi yang semakin canggih mulai menggeser peran guru pada era sekarang ini. Internet dengan berbagai variannya sudah mendominasi generasi milenial untuk semakin candu, yang seakan-akan tidak lagi membutuhkan kehadiran guru. Kemunculan berbagai platform-platform pendidikan virtual pun turut menggeser posisi guru. Bahkan, di beberapa sekolah dan universitas sudah menggunakan sistem pembelajaran online yang mana proses pembelajaran tatap muka antara guru dan murid tidak begitu diperlukan.

Untuk menghadapi situasi ini sangat diperlukan kesadaran guru untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan IPTEK, sehingga menjadi semakin kritis dan lebih kreatif. Sebagai contoh, dewasa ini sudah menguasi berbagai “ruang edukasi online” yang lebih gampang dan praktis sebagai media penyalur pengetahuan. Oleh karena itu, guru harus mulai merancang dan mengubah serta meninggalkan strategi pembelajaran yang lama dengan memanfaatkan berbagai alternatif model pembelajaran yang tepat.

Meski demikian, profesi serta eksistensi guru tetap tidak tergantikan dengan teknologi buatan secanggih apa pun. Pengetahuan bisa saja diperoleh dari internet, tetapi peran guru tetap dibutuhkan, karena tugas mereka bukan hanya sebatas mentransfer ilmu pengetahuan, melainkan juga menanamkan nilai-nilai kehidupan dan etika sosial, serta menjadi keteladanan yang tidak kita dapatkan dari mesin teknologi.

Semangat dan keteladanan guru merupakan hal yang seharusnya kita syukuri. Keberadaan dan dedikasinya mestinya kita apresiasi setiap waktu. Penghargaan terbesar seharusnya mereka peroleh dari kita. Setidaknya ketekunan dan kedisiplinan kita dalam belajar merupakan kado istimewa sebagai balas budi untuk jasa mereka.

Selamat Hari Guru teruntuk bapak dan ibu guru di tanah air. Tetap semangat dalam mengabdi dan menjadi gerbang utama untuk mewujudkan kemajuan dan kecerdasan anak bangsa.


Penulis: Maria Fatima Hanim, seorang Pengamat Pendidikan yang memiliki hobi jalan-jalan (traveling). Ry (demikian sapaan akrabnya) dapat dihubungi melalui akun media sosial Maria Fatima Hanim (Facebook) dan rie_fatima (instagram)

0 Komentar