“Genggaman ini masih begitu terasa hangat ketika pertama kali kau menggenggam tanganku di atas bukit itu. Pertama kali setelah sekian lama kita berjarak. Masih begitu indah. Namun seketika semesta menyudahi semua.”

Tulisan ini ditulis ketika kau dan aku tak lagi jadi kita, yang tak lagi merajut kisah. Meskipun begitu terima kasih telah menjadi rumah meski tak sampai menetap.

 

#1

Ketika waktu berlalu pergi

Seperti senja yang berlalu

Kulangkahkan kaki dan keluar

Melihat alam

Termenung, sunyi, gelap, sepi tak bersuara

Semua bagaikan alam di tengah kesepian melandai

Kucoba menenanngkan diri atas keputusan sendiri

Melepaskan genggaman yang masih terasa hangat

Hampa bersorak sorak

Bagaikan lantunan lagu tanpa musik

Hingga larut sudah malam

Di sepertiga malamku

Kuharap kau tahu

Walaupun melepas tangan namun harap ini masih ada


#2

Satu demi satu jejak itu menghilang oleh derasnya hujan di bulan September

Bersembunyi di balik rindang pohon beringin di tepi lapang motang rua

Satu demi satu kenangan itu menghilang bersama senja kala itu

Yang pernah singgah dalam peluk asmara bergairah

Satu demi satu butir cinta itu melebur bersama kabutnya malam

Dan hilang bersama tenggelamnya mimpi


#3

Kadang kala kita harus berhenti

Bukan pada koma tapi titik

Namun yang kau mau hanyalah koma

Tak sedikit pun kau mengerti

Bagaimana aku dan keadaanku

Mungkin terlihat ego

Sebab tak sedikit pun aku bercerita padamu

Bagiku membuat kalimat baru

Cerita baru

Adalah hal yang mustahil

Sebab perbedaan ini tak lagi indah

Kau ingin bersamaku

Namun kini aku berada di antara

Titik dan koma

 

#4

Kadang kita terpekur di alam nelangsa tak berkesudahan

Meneteskan air mata lalu menangis

Kadang kita merasa orang yang paling tersakiti

Lalu membenci dia yang pergi meninggalkan

Hingga kita terlupa akan makna kadang

Kita fokus pada sesuatu yang terkadang

Dan mengabaikan sesuatu yang tidak terkadang

Bukankah kadang itu hanya sesekali?

Bukankah kadang itu hanya sewaktu-waktu?

Dan bukankah kadang itu bukan berarti selamanya?

Berhentilah untuk merasa berada dalam suatu yang kadang

Ketika kadang itu hanya sementara


#5

Genggaman ini masih terasa hangat

Meski kini tak bersanding lagi

Bayanganmu masih jelas terlihat

Meski kini telah berlalu pergi

Berkali-kali kucoba sadarkan diri

Menepis ribuan harap yang masih tersisa

Kamu takan pernah kumiliki kembali

Sebab tak ada lagi cerita kita

Kubiarkan kau sendiri

Sampai waktu menghapus semua

 

#6

Rasakanlah...

Senja itu menenggelamkan kita

Menghempas kita dalam alam mimpi tak bertuan

Kupu-kupu itu hadir dan menyerang

Hingga membenamkan keindahanmu di pandanganku

Lalu kita mencoba mencari mimpi baru di angkasa

Sementara waktu terus berputar

Dan kaki tak menemukan pijakannya

Hingga kita tersapu gelombang waktu

Lalu menghilang

Terbangun dari mimpi yang terbit dari samudra

 

#7

Hari ini..,

Kuputuskan untuk menghapus tentangmu

Dari syair-syair puisiku

Berhenti meramu kopi untukmu

Dan tidak ada intuisi lagi di sini

Sebab telah kulalui hari demi hari

Hingga merangkai huruf menjadi kalimat sempurna

Terima kasih telah menjadi bagian cerita ini

Menjadi salah satu syair terbaikku

Aku melepaskan

Merelakan


Penulis: Maria Hadjon

0 Komentar