Idelando-Barangkali ada yang sepakat dengan saya bahwa kerumitan menghadapi seorang wanita bukan hanya berkaitan dengan hal romantis, melainkan juga hal yang tidak bersentuhan langsung dengan itu. Salah satunya adalah berbelanja. Ada satu momen saya berbelanja dengan saya punya enu, ehem. Tujuan utamanya beli kado dan kue ulang tahun untuk keponakan. Kalian tahu berapa lama? Dua setengah jam. Dua setengah jam! Tujuan beli kado, tapi harus cari jepit dan ikat rambut dulu, ke toko kosmetik dulu, cari tas dulu, dan yang lebih parah ke RB dulu. Ini menjadi masalah karena saya on time dan anti long-time.

Cari kado ulang tahun terbaik untuk orang yang kita sayang memang tidaklah mudah. Apalagi kalau kado yang ingin kita beri berupa stelan pakaian. Mesti cari dari toko ke toko dan dibutuhkan kecermatan agar pas dan cocok ketika dipakai. Namun, jadi masalah ketika di toko yang kita masuk si enu tidak sengaja temukan barang yang dia target dan selera tawarnya si enu masih terpatri di dalam jiwa. Walau sudah seribu cara kita pakai untuk tunjukkan kekesalan, enu cukup memelotot, kita jadi diam seribu bahasa. Tambah bikin kesal, ketika enu tidak jadi beli. Padahal sudah tawar menawar panjang lebar.

Tibalah saatnya si enu benar-benar lupa dengan tujuan utama. Enu sudah pusing dengan dunia sendiri. Pusing cari jepit rambut yang cocok, pusing cari ikat rambut yang cocok, pusing cari bando yang cocok, pusing cari tas yang cocok, dan blablabla. Yang pada akhirnya tanya pendapat kita yang sedang berdiri kesal. Ketika kita pilih yang cocok untuk dia, malah di menolak. Lalu cari lagi, minta pendapat kita lagi, cari lagi. Begitu terus. Buang-buang waktu lagi kan. Ketika kita protes, kita lagi yang salah. Apa sih enu?

Kemudian itu semua terasa konyol, ketika enu sudah malas jalan sementara belanjaan utama belum didapat. Dia mengeluh "Ta Nana, apa kat hot ita tong. Ambil itu saja." Dari tadi ke mana enu? Eh, malah kita lagi yang disalahkan. Wanita memang begitu.

Penulis: Opin Sanjaya

0 Komentar