Idelando-Halo kawan, apakah bulu matamu pernah terbakar? Terbakar saat kau menyalakan rokok dengan kompor gas pengganti pemantik. Alasannya kalian tahu toh? Barang wajibmu akan hilang jika teman curanrek ikut nongki. Curanrek itu kasus lama, yah pencurian korek. Ketika bulu matamu terbakar, kau akan merasa sepersekian persen ketampananmu hilang. Kau menjadi laki-laki ter-sad se-Indonesia, mengalahkan saingan beratmu, Fajar Sadboy.

Lebih parah lagi, kau menganggap ketampanan sebagai aset terbesarmu, sehingga kesedihanmu kian bertambah. Kau melihat cermin dan memerhatikan wajahmu. Bulu matamu kacau. Yang kiri beda dengan yang kanan. Situasi ini membuat canggung. Hari itu sungguh tidak baik. Kau mencemaskan ketampananmu.


Ada satu alasan mengapa kau menjadi sadboy ketika bulu matamu terbakar, yaitu kau sedang ada dalam fase pendekatan. Berada dalam fase itu, kau hanya mengandalkan aset ketampanan. Namun, aset terbesarmu rusak saat janjian untuk bertemu. Sumpah bukan main, untuk melihat cermin saja, kau merasa minder. Lalu, kau berusaha mengatur bulu matamu, tetapi seketika kau sadar bahwa bulu matamu akan rapi jika bulu mata yang baru telah tumbu. Jelas, menunggu momen itu sangat lama. Sementara, pertemuan penentu dengan gebetan harus segera dilakukan. Kemudian, kau dihadapkan dengan tiga pilihan. Pertama, bakar lagi bulu mata yg masih normal agar terlihat seimbang. Kedua, menyiapkan alasan bahwa hari itu kau ingin terkesan jelek. Ketiga, batalkan janjian. Keempat, Video call.


Bagaimana pun deritamu hari itu, niatmu untuk segera melihat gebetan tetap menggebu-gebu. Akhirnya, kau memilih video call. Namun, saat kau melihat layar handphone, hanya wajahmu yang terpampang jelas. Bulu matanya kacau. Kemudian, kau mulai mengatur angle mana yang akan tetap menunjukkan ketampananmu di layar handphone. Setelah siap, kau mulai mencari nomornya di kontak Whatsapp, tetapi dengan penuh cemas. Kau lebih mencemaskan ketampananmu di layar handphone daripada mencemaskan kau cadel saat belbicala pada pelcakapan via suala peltama dengan gebetan. Aduh, itu toh, saya jadi cadel betulan karena terlalu cemas. Maaf gaes, maksud saya, saat ber-bi-ca-ra pada per-ca-ka-pan via su-a-ra per-ta-ma dengan gebetan.

Finally, kau pun menunda pertemuan dan video call. Kau hanya mengabarinya seperti biasa dan menganggap semuanya sedang baik-baik saja. Kau terlalu cemas jika doi tahu bulu matamu sebelahnya sudah terbakar. Hari itu berat, kau meragukan kesiapanmu untuk doi. Kau melihat cermin dan dalam hati menyesali diri, "seandainya saya bukan perokok, mungkin masih normal ini bulu mata eh".

Penulis: Oan Soro

0 Komentar