Idelando-Kita bisa mengobrol di mana saja, tetapi tidak bisa curhat di mana saja. Arti kedua kata ini saja berbeda. Om Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bilang, mengobrol berarti bercakap-cakap atau berbincang-bincang secara santai tanpa pokok pembicaraan tertentu, sedangkan curhat berarti menceritakan sesuatu yang bersifat pribadi pada orang terdekat seperti orang tua, teman, dan sebagainya. Dari kedua arti itu, bisa kita tarik satu kesimpulan bahwa mengobrol dilakukan dengan santai, sedangkan curhat dilakukan dengan hati-hati.

Kita semua pasti pernah menghadapi suatu persoalan atau masalah berat dalam hidup. Salah satu cara agar kita menjadi sedikit lega adalah curhat kepada orang-orang yang kita percaya. Orang-orang yang kita yakini bisa memberi energi positif kepada kita. Pastinya, ketika curhat kita juga menginginkan tempat dengan situasi yang nyaman. Namun, definisi nyaman tiap orang itu berbeda. Apakah kalian pernah mengalami hal yang sama, kesulitan mencari tempat yang nyaman untuk curhat? Mungkin kalian tipe orang yang kalau ingin curhat dengan teman dekat harus di tempat terbuka. Bisa merasakan hembusan angin sambil minum coklat hangat dan pisang goreng. Atau cilok. Atau batagor. Curhat tanpa dicurigai siapa pun dan tidak menjawab siapa pun. Saya menemukan tempat itu. Lapangan Motang Rua.

Baca juga: Ruteng | Hari Ini | Menunggumu | Pulang

Suatu sore, tanpa rencana, saya dan teman memilih Lapangan Motang Rua (LMR) untuk curhat. Waktu itu, kami pulang kerja dan tujuan utama kami, Taman Kota. Eh, kebetulan lewat di LMR dan sore itu LMR terasa asyik. Ya sudah, kita duduk di situ untuk sharing satu dua hal.

Ada tiga tempat yang tersedia di sana, yaitu panggung, tribun, dan di bawah tiang bendera. Kami memilih tribun, karena bisa duduk santai sambil menikmati keseruan anak-anak bermain bola. Selain itu, sambil menikmati coklat panas dan pisang goreng, em manik keta rasan. Suasana curhat menjadi santai. Tidak tegang dan intens.

Apa yang Asyik Curhat di LMR?

Sebenarnya, asyik atau tidak asyiknya LMR tergantung masing-masing orang. Walau pun bunyi kendaraan terdengar dari segala arah, bagi saya LMR tetap asyik sebagai tempat curhat. Kita bisa omong sebebasnya dan sepuasnya tanpa takut ketahuan. Jadi, kita bisa luapkan semua isi hati. Orang-orang tidak akan peduli.

Hati kita terasa lega ketika kita menceritakan semua masalah kepada orang yang mau mendengarkan kita. Lebih lega lagi ketika kita yang sedang kehilangan plot hidup (galau) masih dapat menyaksikan pola kehidupan yang normal, seperti daun beringin yang hijau segar sehabis hujan, langit Ruteng yang mulai kemerahan pertanda malam akan datang; orang-orang yang sedang sibuk belanja, tukang ojek yang sedang parkir di emperan toko, tukang parkir yang sedang mengatur kendaraan, anak-anak sekolah yang pulang belajar sore, dan sepasang kekasih yang pulang belanja. Itu semua adalah narasi eksternal yang menjadi hiburan bagi kita yang sedang kehilangan plot hidup. Kita dapat menyaksikan itu semua dalam waktu yang sama hanya di LMR.

Baca juga: Rekomendasi Hal-hal yang Dapat Dilakukan di Rumah Saat Dureng

Maksud saya begini, lebih baik curhat di LMR bisa sambil cuci mata daripada curhat di rumah bikin kepala tambah pening. Ada banyak spot foto di sana, sehingga bisa sambil foto-foto. Dengan begitu, kita sedikit teralih dari masalah yang kita hadapi. Selain itu, ada om penjual cilok. Kita bisa makan cilok pakai saos pedas karena Ruteng dingin.

Harapan

Tidak semua hal dapat dibicarakan di cafe atau kedai kopi. Tidak semua ide-ide kreatif ditemukan di tempat bernuansa artistik seperti cafe. Kadang kita butuh alam bebas untuk melepaskan penat setelah mengerjakan banyak hal. Namun sayang, tempat nongkrong di Ruteng itu-itu saja. Bahkan, saya pribadi sering kewalahan mencari tempat terbuka yang pas di Ruteng tuk sekadar melepaskan penat. Mudah-mudahan LMR suatu waktu dapat menjadi pusat nongkrong yang sehat bagi warga Ruteng.

Penulis: Opin Sanjaya

0 Komentar