Idelando.com-Emosi seseorang ketika chat dapat kita tahu dari jawabannya, baik melalui kata-kata, emoticon, maupun tanda baca yang dipakai. Beragam simbol ini biasanya paling banyak ditemukan dalam chatingan para remaja. Uniknya, kaum remaja bukan hanya menggunakan simbol-simbol yang ada, melainkan juga menciptakan simbol-simbol baru--biasanya berwujud istilah-istilah baru. Istilah-istilah baru itu diambil dari bahasa asing atau ciptaan sendiri berupa akronim, misalnya bebs, kaks, bestie, brogan, brocan, dll.

Biasanya, ekspresi ini paling banyak digunakan oleh remaja, khususnya mereka-mereka yang sedang mabuk asmara. Sering sekali, kata-kata, emoticon, atau tanda baca yang digunakan pun sulit dicerna. Orang-orang yang sulit mencerna biasanya dicap tidak peka. Ini adalah predikat yang bakal disandang siapa pun ketika menjalin hubungan asmara. Predikat yang diberikan pasangannya. Hal ini biasanya dialami kaum pdkt atau kaum yang baru jadian. Tapi,...orang yang su lama pacaran, sering ju dapat ni predikat. Sepertinya sudah menjadi menu wajib.

By...the...way, sebenarnya saya tulis ini berangkat dari pengalaman sendiri. Maklum, kaum yang masih dalam tahap awal pacaran. Ada-ada saja masalahnya dan sumber masalah terbanyak adalah jawaban dalam chat. Ada dua kata yang sering membuat saya dan doi mela sampai berhari-hari, yaitu kata hem dan toe. Dua kata ini biasa dipakai oleh doi. Kata yang membuat bingung, cemas, dan darah naik secara sekaligus. Mau tahu ceritanya? Begini.

Hem dan Toe

Hem dan toe merupakan kata yang sering digunakan doi ketika saya dan doi saling sapa dan tanya di chat. Saya tidak tahu kenapa, apakah keyboard hp-nya yang rusak atau tangannya yang rusak. Tiap kali saya sapa selamat pagi, jawabannya selalu hem. Atau ketika saya tanya pande apa ite ga? jawabannya selalu toe. Sekilas dia seperti burung ting ko toe yang membuat bising di telinga. Huf! Sabar...sabar. Anak yang sabar selalu disayang Tuhan.

Saya diam tidak melanjutkan pertanyaan, sedangkan dia semakin menguasai ilmu batu. Kami tidak saling mengajukan pertanyaan lagi, tidak juga saling memberi jawaban. Dan sekian chatan untuk pagi atau siang atau malam itu.

Lalu muncul rasa bosan dan tidak nyaman dengan dia. Bosan dengan kata hem dan toe yang selalu dia ucapkan. Anehnya begini, dia yang paling aktif chat deluan. Ketika saya sudah menampung kegembiraan dan membalas chatnya, dia hanya jawab begitu. Stres kan? Jelas stres. Ketika saya sudah mulai ngomel, dia selalu minta maaf, tanpa diselipkan kata romantis yang buat saya luluh. Tidak lebih dari itu dan berulang-ulang. Saya hanya bisa berusaha untuk sabar dan menjalankan hubungan kami dengan kata hem dan toe.

Ini ketika kami sekolah online, jadi kami bisa pegang hp. Dan kami jadian ketika sekolah online dari rumah. Soal kenapa kami bisa bertukaran nomor hp, setttt jangan tanya itu e.

Ketika sekolah tatap muka dimulai kembali, kami janji ketemuan di  tempat rekreasi asrama putri pada hari Sabtu. Saya telah menyusun kalimat untuk mendefinisikan kata berakhir. Ternyata, dia sosok sangat menggemaskan yang mengurung niat saya untuk mengucapkan kata berakhir. Saya takkan rela melepaskan dia. Namun, dia tetaplah dia. Sang pendiam. Selama ketemuan, dia hampir tak pernah mengajukan pertanyaan. Kami seperti UAS. Saya adalah soal dan dia adalah jawaban. Dia berkewajiban menjawab tanpa memberi pertanyaan balik dan saya adalah pertanyaan yang tidak diberi kesempatan menjawab. Ini benar-benar UAS⏤ujian untuk hubungan kami. Saya memutuskan untuk menerima semua itu.

Namun sebelumnya saya tanya, kenapa sikapnya selalu seperti itu saat chat. Ternyata karena saya sering terlalu lama memberi kabar. Oh, jadi itu persoalannya? Lalu saya menjelaskan beberapa alasan: tugas sekolah online yang menumpuk, dan pekerjaan rumah yang banyak, dan handphone yang tak selalu saya pegang, karena punya kaka, hehe. Dia pun mengerti. Bdw, sadar atau tidak sadar, biasanya sikap seperti ini datang dari kaum hawa e, tapi sudahlah.

Perlahan, saya sadar bahwa dia tipe orangnya begitu. Saya pun mulai terbiasa dengan kata hem dan toe. Seiring berjalannya waktu saya merasa dia adalah orang paling romantis di dunia ini. Romantis dengan caranya sendiri, dengan kata hem dan toe. Kemudian kedua kata itu menjadi kata yang selalu saya rindukan dan menggemaskan, hehe.

Jadi, begitu ceritanya. Ems, jangan pernah putus asa dalam menjalankan sebuah hubungan. Jalani saja dulu, nanti ada waktunya kita berharga dan menjadi orang yang istimewa. Meskipun dengan kata hem dan toe yang menjadi kebiasaannya doi.


Penulis: Felinsiana Femihastuti, sapaan Femi. Siswa kelas XII SMA St. Klaus Kuwu.

0 Komentar