Kota Kata

Pada sebuah Kota kata
Bangunan-bangunan perlawanan menjulang tinggi
Meruncing menunjuk langit, menantang dengan segala keberanian
 
Kota kata, kalimat kebenaran tumpah di jalanan
Rupa-rupa puisi berdesakan di lorong-lorong
Kemanusiaan bergerak bebas memenuhi jantung orang-orang
Cinta adalah lampu-lampu jalanan yang menawarkan banyak tempat bagi kedamaian dan ketenangan
 
Kota kata, penguasanya dengan kepala penuh kata-kata
Sedang asyik membaca jokpin di beranda istana
 
Pulo Bembe, 2022


Kota; Sepi Menolak Hidup

Puntung-puntung rokok bunuh diri setelah kebenaran hanya sekedar angka.
Kursi-kursi tua menggigil kedinginan. Orang-orang datang mengatur nafas  lalu kembali merelakan tubuhnya pada pelukan kebisingan, di antara teriakan hak sepatu wedges yang dilalui kaki-kaki berjenjang.

Kini kata-kata diolok-olok lampu jalanan. Di hadapan reklame kebugaran dan pelayan-pelayan toko yang selalu segar, surga telah benar-benar nyata setelah dibangun manusia-manusia super.

Sebab kepulangan kita pada kota, adalah alasan paling nyata. Tentang kita yang tak menyukai kesunyian, tentang kita yang tak ingin lama-lama bersinggungan dengan sepi.

Lalu di mana kita menemukan damai?

Kita kembali ke masjid, buku dan gunung.
Tempat Tuhan benar-benar ada, sedekat nadi manusia.
 
Gowa, 2022

Samar

Sejenak melihat segala hal paling asing
Mengeja wajah-wajah sederhana yang mulai terkubur dalam tanah kebebasan

Semua yang palsu datang menyergap
Mencungkil mata-mata kepala
Setiap langkah berlarian
Mengejar segala pengakuan
Kesunyian adalah samar pada wajah orang-orang
Entah punggung mereka yang tak mau berseberangan
Perbedaan adalah kesepian yang dikucilkan

Aku kehabisan udara
Mereka menatapku dengan mata paling tajam
Tuhan, aku sendirian
Maukah kau menjadi temanku?

Pulo Bembe,  2022


Kepadamu Yang Maha Tenang

Malam meninggi
Bintang-bintang tertidur di langit-langit semesta
Kesunyian semakin merekatkan pelukannya
Rindu berlarian di kepala yang mati suri menunggu sebuah kedatangan
 
Aku telah kehilangan tempat di tengah-tengah kerumunan yang sesak oleh rupa-rupa
Keseragaman yang selalu berwajah sinis
Orang-orang melihat perbedaan dengan mulut mencibir merendah
 
Sertakan aku, kesepian
Di tubuhmu aku akan mendengkur halus
Aku tidak ingin tergesa-gesa pada waktu
Aku ingin menghisap kedamaian pada jiwa paling tenang
 
Sertakan aku, kesepian
Lampirkan aku di silabusmu
Biarkan aku menikmati empat belas pagi kali ini
 
Gowa, 2022

0 Komentar