Idelando-Ini adalah foto cuplikan ritual adat Sipot Dea masyarakat Manggarai dalam rangka We'e Mbaru. Wee Mbaru adalah tradisi masyarakat Manggarai sebelum mendiami rumah baru. Wee yang artinya 'pulang' dan Mbaru yang artinya 'rumah'. Tujuan ritual ini adalah syukur dan mohon berkat Tuhan dan nenek moyang, karena kebesaran Tuhan dan nenek moyang penyelenggara ritual dapat memiliki rumah baru.

Sipot Dea sendiri adalah acara awal sebelum acara inti Wee Mbaru yang bertujuan mohon berkat Tuhan dan nenek moyang agar (1) selama Wee Mbaru tidak kekurangan makanan, (2) orang-orang yang menyiapkan makanan tidak celaka seperti luka bakar, tersayat pisau, atau tersiram air panas, (3) semua orang tidak sakit akibat makanan dan minuman yang dikonsumsi, (4) sehat jiwa raga bagi seluruh keluarga serta handaitolan yang hadir selama acara Wee Mbaru. Perlu diketahui bahwa acara ini tidak terlepas dari dukungan Anak Rona (pihak pemberi istri) sebagai Kukut Wuwung (penjaga) bagi Anak Wina (pihak penerima istri). Dalam konteks ini, Anak Rona adalah sebutan bagi pihak keluarga inti dari istri penyelenggara acara Wee Mbaru, sedangkan Anak Wina adalah sebutan bagi penyelenggara Wee Mbaru itu sendiri, sehingga pelaksana Sipot Dea adalah Anak Rona.

Penyelenggara ritual ini adalah masyarakat Manggarai Timur (Elar Selatan) yang tinggal di Tenda, Ruteng. Sipot Dea adalah sebutan dalam bahasa Elar Selatan.

Dapat kita lihat di gambar di atas, peranti utama yang digunakan dalam ritual ini adalah tuak, rokok, ayam, dan sepiring beras. Tuak dan rokok adalah media komunikasi antara pembicara selama ritual berlangsung. Bagi masyarakat Manggarai, tuak dan rokok adalah simbol kesantunan dan keharmonisan dalam komunikasi adat. Selain itu, ayam adalah media komunikasi dengan Tuhan dan roh nenek moyang, sekaligus sebagai hewan kurban untuk menyatakan syukur dan mohon berkat. Kemudian, beras yang dihadirkan secara simbolis menggunakan piring adalah beras yang akan dikonsumsi selama acara Wee Mbaru.

Penulis: Opin Sanjaya

0 Komentar